e e

Senin, 31 Desember 2012

Silvio Berlusconi: Kami Memantau Ratusan Pemain Muda

Silvio Berlusconi - Milan


Presiden AC Milan Silvio Berlusconi mengungkapkan, manajemen klub saat ini sedang membangun ulang tim agar bisa menciptakan tim bagus di masa mendatang.
Menurut Berlusconi, saat ini Rossoneri sedang melakukan pemantauan terhadap 100 pemain muda berusia antara 18 dan 20 tahun. Berlusconi menegaskan, Milan lebih fokus mendapatkan pemain muda papan atas dibandingkan pemain top.

“Kami saat ini sedang memantau secara dekat sekitar 100 pemain berusia antara 18 dan 20 tahun, dan kami sudah mendapatkan beberapa diantaranya untuk di bawa ke AC Milan,” ungkap Berlusconi dikutip Gazzetta dello Sport.

“Tapi untuk saat ini, maksimalkan pemain yang sudah ada di sini. [Stephan] El Shaarawy, Mattia De Sciglio, luar biasa. [Nigel] De Jong merupakan pemain yang kami harapkan.”

“Ketiga pemain ini akan bergabung dengan yang lainnya yang sudah kami gali potensinya. Semua pemandu bakat kami alihkan perhatiannya dari yang disebut mencari 'pemain top' menjadi orang yang fokus menemukan 'pemain muda top'.”
 


Allegri: Milan di Trek Yang Benar Untuk 2013


Allegri: Milan di Trek Yang Benar Untuk 2013


Massimiliano Allegri menegaskan bahwa AC Milan berada di trek yang benar untuk memasuki tahun 2013. Akan tetapi, menurut pelatih Milan itu, Rossoneri masih belum sepenuhnya solid.

Milan mengawali musim ini dengan melepas sejumlah bintangnya. Dampaknya, start buruk di Serie A pun terpaksa mereka lakoni. Namun, Milan kembali on form sebelum akhirnya tumbang 2-4 di kandang AS Roma pada giornata penutup tahun. Hasil itu membuat mereka tertahan di peringkat tujuh klasemen sementara dengan poin 27.
"Saya senang dengan jumlah poin yang kami dapatkan sejauh ini meski seharusnya bisa lebih," tutur Allegri kepada La Gazzetta dello Sport.
"Kami berada di jalur yang tepat, tapi pertandingan melawan Roma menunjukkan bahwa kami belumlah solid," imbuhnya.
Partai perdana Milan di tahun 2013 adalah menjamu tim juru kunci Siena di San Siro pada 6 Januari mendatang.

Sejarah Ac Milan

Kantor pusat pertama didirikan di 'Fiaschetteria Toscana' di Via Berchet di Milan, pada 1899. Sejak saat itu sejarah Milan yang sarat kejayaan terlahir karena klub itu terus mencatatkan namanya dalam buku rekor sepakbola sebagai salah satu tim yang paling terkenal dan paling sukses di dunia terutama dalam 15 tahun terakhir.
Sejarah Rossoneri bertaburan dengan nama-nama legendaris yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan klub, apakah itu para presiden, pelatih atau pemain. Presiden pertama adalah seorang expatriate asal Inggris, Alfred Edwards, yang menyaksikan klub itu meraih gelar pertamanya – hanya dua bulan setalh didirikan. Presiden dengan kesuksesan terbanyak adalah Silvio Berlusconi yng telah membawa Milan ke puncak dunia sejak berkuasa pada 1986.
Sebuah tim besar membutuhhkan seorang pelatih besar pula dan Milan jelas pernah ditangani oleh sejumlah bakat besar. Sosok-sosok seperti Gipo Viani, Nereo Rocco dan Nils Liedholm adalah para jagoan di era awal dan mereka diikuti oleh Arrigo Sacchi dan Fabio Capello yang membawa taktik dan strategi tim ke level baru yang banyak disebut-sebut sebagai pendekatan modern terhadap sepakbola. Seiring dengan itu, masing-masing dari mereka juga memastikan timnya memainkan sepakbola spektakuler.
Kejayaan di era Berlusconi diawali oleh Sacchi dan diikuti oleh Capello yang memenangi banyak trofi. Sacchi memenangi Piala Eropa secara beruntun bersama sebuah tim yang dianggap sebagai salah satu tim terhebat sepanjang sejarah, juga merebut gelar Serie A title, dua Piala Interkontinental dan Piala Super Eropa. Capello meneruskan itu dengan empat gelar liga, satu Piala Eropa dan satu Piala Super Eropa. Alberto Zaccheroni mempertahankan tradisi hebat itu dengan membawa timnya merebut gelar liga di tahun pertamanya sebelum Fatih Terim mengambil alilh untuk waktu yang singkat dan kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada Carlo Ancelotti yang kepiawaian manajemennya telah membawa Milan kembali ke puncak di Italia dan Eropa.

1899/1929

Pada 16 Desember 1899 Klub Sepakbola dan Kriket Milan secara resmi didirikan, tapi kali pertama nama Milan muncul di muka umum adalah pada hari Senin, 18 Desember dalam sebuah artikel di harian Gazzetta dello Sport newspaper. Kantor pusat pertama awalnya ada di Fiaschetteria Toscana di Via Berchet di Milan dan Presiden Alfred Ormonde Edwards mendaftarkan tim ini ke Federasi Sepakbola Italia pada Januari.
Tim ini hanya memainkan satu pertandingan dalam musim pertamanya, melawan Torino, dan meski kalah, Milan mengangkat trofi pertamany, 'Medali Raja’, yang diberikan oleh Raja Umberto I.
Pada 1900/01, Milan memenangi gelar nasional pertamanya dan Medali Raja yang kedua, dan mereka kembali memenanginya di musim berikutnya. Selama bertahun-tahun tim Kiplin meraih sukses besar dan Milan menjadi tim paling populer di wilayah Lombardy, memenangi 'Palla Dapples' yang bergengsi selama tiga musim beruntun (1904/05 - 1905/06 - 1906/07).
Pemain top saat itu adalah Louis Van Hege, seorang pencetak gol hebat dengan rata-rata luar biasa 1,1 gol per laga. Pada musim 1914/15, kejuaraan dihentikan sebelum akhir tahun lantaran pecahnya Perang Dunia I, dan baru dimulai kembali pada 1919. Setelah beberpa perubahan dalam struktur pengurus, Pietro Pirelli diangkat sebagai Presiden baru. Ia menduduki jabatan itu selama hampir 20 tahun, dan di eranya Stadion San Siro Stadium diresmikan.

1929/1949

Era 1920-an adalah periode konsolidasi buat Rossoneri di mana tim ini tak membuat gebrakan besar di lapangan.
Klub ini mengubah namanya dari Milan F.C. menjadi Milan Associazione Sportiva, dan menyusul sejumlah perubahan di level atas kepengurusan, Umberto Trabattoni menjadi presiden pada 1940. Itu adalah posisi yang didudukinya hingga 1954. Tim ini melewati periode naik dan turun, tapi biasanya mengakhir musim di papan tengah dan jarang finis di posisi empat teratas.
Perang Dunia II membuat sepakbola terhenti hingga musim 1946-47 ketika kejuaraan kembali digelar di mana setiap tim hanya sekali saling berhadapan. Milan berhasil finis di posisi keempat di bawah raksasa Torino, Juventus dan Modena. Dalam dua musim berikutnya ada sesuatu seperti momen kelahiran kembali di mana tim ini finis di tempat kedua dan ketiga, dengan Torino sebagai juara dalam kedua kesempatan itu.

1949/1955

Kehadiran Gunnar Nordhal menandai awal era baru buat tim Rossoneri yang sudah terlalu lama dianggap sebagai pelengkap dalam urusan gelar liga. Selain Nordhal, yang menjadi top skorer liga dengan 35 gol di musim 1949/50, dua pemain Swedia lainnya bergabung ke tim: Nils Liedholm dan Gunnar Gren. Ketiganya, bersama dengan kiper Lorenzo Buffon, merupakan penambahan kekuatan yang dibutuhkan tim ini.
Milan memenangi gelar keempat di musim 1950/51 dan melengkapi tahun bersejarah itu dengan merebut Piala Latin.
Sukses terus berdatangan dan Nordahl merupakan top skorer liga untuk tiga musim beruntun, 1952/53, 1953/54 dan 1954/55. Dalam musim terakhirnya, sang kapten mengantar Rossoneri meraih gelar liga satu lagi.
Pada 1954, Juan Alberto Schiaffino, yang dijuluki "Pepe", dibeli dari Penarol dan menjadi salah satu pemain top dalam tim ini selama beberapa tahun ke depan.

1955/1960

Musim 1955/56 menjadi saksi keikutsertaan Milan dalameisi pertama Piala Champions di mana mereka kalah dari tim yang kemudian jadi juara, Real Madrid, di semifinal, tapi mereka berhasil merebut Piala Latin untuk kali kedua saat mereka menang 3-1 atas Athletic Bilbao di final.
Dengan kehadiran pelatih baru Gipo Viani yang menangani tim ini, Milan memenangi gelar liga di musim 1956/57, tapi kejutan sesungguhnya musim itu adalah striker Gastone Bean, yang mencetak 17 gol. Setahun kemudian, tim itu menjadi lebih kompetitif ketika Jose Altafini bergabung dalam tim: pemain Brasil itu merebut hati para fans dengan skill dan keceppatannya bersama-sama kapten "tua" Liedholm, Cesare Maldini dan "Pepe" Schiaffino, playmaker tak terlupakan di lini tengah, Milan memenangi gelar di akhir persaingan seru dengan Fiorentina.
Schiaffino, salah satu dari beberapa pemain yang pantas mendapat gelar juara sejati, memainkan musim terakhirnya di tim Milan yang gagal bersinar dalam kejuaraan, tapi setidaknya Rossoneri berhasil mengatasi rival sekota, Inter, 5-3 dalam derby musim semi, di mana Altafini mencetak 4 gol.

1960/1970

Jika tahun-tahun sebelumnya ditandai oleh para pemain asing (Gre-No-Li, Schiaffino-Altafini) menjadi andalan, antara 1960 dan 1970, para pemain Italia tak hanya mengambil alih posisi sebagai aktor utama dalam sejarah klub ini, tapi juga menonjol di pentas dunia dan mengukir nama di level internasional. Dari tim Olimpiade 1960 Roma datang pemain-pemain seperti Trapattoni, Trebbi, Alfieri dan Noletti bersama dengan seorang anak muda bernama Gianni Rivera yang memainkan laga pertamanya untuk klub ini saat usianya baru 17, melawan Alessandria, bekas timnya, dalam sebuah kemenangan 5-3 buat Milan. Musim itu Rossoneri berada dalam pacuan gelar hingga akhir, tapi dua kekalahan dalam dua laga terakhir, lawan Bari dan Fiorentina, membuat mereka hanya menjadi runner-up.
Saat Nils Liedholm pergi, 'Paròn' Nereo Rocco datang sebagai pelatih baru untuk memunculkan sebuah era baru, ditandai dengan sukses di dalam dan luar negeri. Trofi pertama adalah gelar liga di musim the 1961-62, tapi sukses yang paling menyenangkan dan tak terlupakan adalah merebut Piala Eropa untuk kali pertama. Dalam final melawan Benfica, dimainkan di Satdion Wembley pada 22 Mei 1963, merupakan laga yang seru: Milan menganggkat piala setelah mengalahkan tim Portugal itu 2-1 (Altafini menyumbang 2 gol buat Milan dan Eusebio mencetak gol buat Benfica). Foto kapten Cesare Maldini mengangkat piala bersama Nereo Rocco masih terbayang dalam memori semua suporter Rossoneri.
Milan gagal mengulang sukses itu di Piala Interkontinental Cup, di mana Milan kalah 0-1 dari Santos dalam laga penentuan di Stadion Maracana. Di akhir musim, presiden Andrea Rizzoli meninggalkan klub setelah sembilan tahun bergelimang sukses besar termasuk empat gelar liga, satu Piala Latin dan Piala Eropa yang bergengsi. Ia dikenang tak hanya atas prestasi olahraganya, tapi juga karena membangun pusat latihan centre of Milanello yang kemudian menjadi aset penting selama bertahun-tahun.
Setelah beberapa musim yang mengecewakan di mana tim ini bermain jauh di bawah potensi mereka, Milan kembali ke puncak klasemen di musim 1967-68, memenangi gelar liga kesembilan dan prestise klub makin melambung dengan sukses di Piala Winners Eropa, yang pertama dalam sejarah Milan. Menjadi juara liga membawa Milan kembali ke Piala Eropa di musim berikutnya dan pasangan Rivera-Prati bergaya di final di Stadion Bernabeu di mana mereka mengalahkan tim Belanda, Ajax, yang diperkuat Johan Cruijff muda, 4-1. Kiper Milan, Fabio Cudicini, mendapat julukan 'Laba Laba Hitam’ menyusul aksinya mencegah Manchester United mencetak gol di semifinal. Milan juga akhirnya menjadi Juara Dunia setelah menang 3-0 di San Siro yang diikuti dengan kekalahan 2-0 di Stadion Bombonera di Buenos Aires melawan Estudiantes. Kelas dan gaya Gianni Rivera membuat playmaker itu meraih Bola Emas sebagai Pemain Terbaik Eropa 1969, dan mendapat tribut indah ini: 'dalam dunia sepakbola yang gersang, Rivera satu-satunya yang memliki rasa puitis.'

1970/1985

Salah satu periode paling gelap dalam sejarah Milan di mana klub ini tak bisa banyak berpesta. Satu-satunya titik terang datang saat tim ini dianugerahi kehormatan untuk memakai 'Bintang' di kostum mereka setelah memenangi gelar liga ke-10, pada 1979. Tim ini juga tiga kali merebut Piala Italia serta satu Piala Winners Eropa.
Juara Italia ini dilatih oleh Nils Liedholm, yang memberikan debut kepada seorang pemain muda yang kemudian bakal menjadi kapten dan salah satu bek terbaik di dunia: Franco Baresi. Franco yang hebat ini bermain dalam laga kompetitif pertamanya buat Milan pada 23 April 1978 dalam kemenangan 2-1 atas Verona.
Tahun-tahun ini juga diwarnai datang dan perginya banyak pelatih dan pengunduran diri gelandang legendaris Gianni Rivera yang diangkat menjadi wakil presiden klub.
Delapan tahun pertama dari 1980-an menjadi saksi turunnya standar yang sebelumnya sangat tinggi di mana tim ini bermain selama dua musim di Serie B. Meski begitu, tak semuanya merupkan kabar buruk karena Paolo Maldini naik ke pentas sepakbola saat ia membuat debutnya pada 20 Januari 1985 dalam sebuah hasil imbang 1-1 lawan Udinese. Paolo, tentu saja, kemudian mengikutin jejak Baresi dan menjadi kapten tim ini meraih sukses di dalam dan luar negeri.

1985/2007

Setelah meraih sukses di musim-musim sebelumnya, Nils Liedholm diangkat kembali menjadi pelatih. Meski begitu, hasil-hasil yang diraih tak meningkat baik di liga atau di kompetisi piala. Klub ini sudah sampai pada masa di mana dibutuhkan perombakan besar-besaran dan pada 24 Maret 1986, Silvio Berlusconi diangkat sebagai presiden Milan ke-21.
Presiden baru ini memutuskan untuk secara radikal memperkuat tim dan mengambil keputusan untuk turun ke pasar transfer. Pada musim 1986/78, para pemain seperti Roberto Donadoni, Dario Bonetti, Giuseppe Galderisi, Daniele Massaro dan Giovanni Galli direkrut untk digabungkan dengan bintang Inggris Mark Hateley dan Ray Wilkins. Butuh waktu bagi para pemain baru ini untuk beradaptasi, tapi Milan berhasil lolos ke Piala UEFA berkat kemenangan atas Sampdoria dalam play-off di mana Massaro mencetak satu-satunya gol dalam laga itu di perpanjangan waktu.
Musim 1978/89 adalah saat kehadiran Arrigo Sacchi. Pelatih baru ini merupakan tokoh zonal marking, total football, beserta tekanan dan kecepatan terhadap lawan saat mereka menguasai bola. Bersama dengan kehadiran bintang-bintang Belanda Marco Van Basten dan Ruud Gullit, tim ini kemudian memasuki era baru dan mengasyikkan yang kemudian mengubah sepakbola tak hanya di Italia, tapi juga di dunia. Pemain tim yunior Alessandro Costacurta juga dipromosikan ke tim inti dan Milan berhasil mengubah musim itu menjadi salah satu momen luar biasa. Terlepas dari sanksi di luar lapangan, termasuk dinyatakan kalah 0-2 dari Roma berdasarkan keputusan pengadilan olahraga, tim ini berjuang bangkit dan bersaing dengan Napolinya Diego Maradona di puncak klasemen. Sebuah kemenangan 3-2 atas Napoli di stadion San Paolo pada 18 Mei 1988 memberikan Milan gelar liga ke-11 dan yang pertama di era Berlusconi.
Duet Belanda Gullit dan Van Basten diikuti rekan senegaranya, Frank Rijkaard, untuk membentuk satu trio baru dari satu negara yang sama mirip dengan Gunnar Nordhal, Nils Liedholm dan Gunnar Gren - 'Gre-No-Li' – di tahun 1950-an. Dari situ sukses demi sukses diraih. Di musim 1988/89, Milan menguasai Eropa, merebut Piala Champions setelah menekuk Vitocha, Red Star Belgrade, Werder Bremen dan kemudian Real Madrid di semifinal untuk mencapai final lawan Steaua Bucarest. Lebih dari 100.000 penonton memadati stadion Nou Camp di Barcelona untuk menyaksikan Milan menang telak 4-0. Di bawah asuhan Sacchi, tim ini memenangi satu gelar liga, dua Piala Champions, dua Piala Interkontinental, dua Piala Super Eropa dan satu Piala Italia.
Mantan gelandang Milan Fabio Capello menggantikan Sacchi di awal musim musim 1992/93 tapi tim ini terus mendominasi di dalam dan luar negeri, memenangi empat gelar liga (tiga secara beruntun), tiga Piala Super Italia, satu Piala Champions (dimenangi dengan kemenangan tak terlupakan di final lawan tim favorit Barcelona) dan satu Piala Super Eropa.
Periode antara 1986 dan 1996 tak diragukan lagi merupakan periode paling subur, tak hanya berdasarkan jumlah trofi yang dimenangi, tapi juga dari segi penampilan bermutu tinggi dan permainan mengasyikkan. "Yang Abadi " dan "Yang Tak Terkalahkan ", julukan mereka, membawa sepakbola ke level baru, tapi di akhir 90-an tak sepositif awal dekade itu. Klub ini berganti-ganti pelatih (Tabarez, kemudian Sacchi dan Capello lagi) tapi dengan kehadiran Alberto Zaccheroni pada 1999, Milan memenangi gelar liga yang ke-16 di musim yang bersamaan dengan perayaan hari jadi klub yang seabad.
The period between 1986 and 1996 was without a doubt the most prolific period, not only in terms of the number of trophies won, but in the excellent performances and exciting style of play. "The Immortals" and "The Invincibles", as they were known, took the game to new heights but the late '90s were not as positive as the beginning of the decade had been. The club alternated between a succession of coaches (Tabarez, then Sacchi and Capello again) but with the arrival of Alberto Zaccheroni in 1999, Milan won its 16th league title in the same season as the club's centenary celebrations.
Sejarah Milan berikutnya membawa kita ke periode sekarang di mana Carlo Ancelotti mengambil alih posisi pelatih dari Fatih Terim, dan bertepatan dengan sukses tim ini memenangi Liga Champions 2003 ketika mereka mengalahkan rival sesama Italia, Juventus di final. Milan juga merebut Piala Italia dan Piala Super Eropa di tahun yang sama.
Gelar liga kembali ke kantor pusat klub di Via Turati di akhir musim 2003/04 yang merupakan gelar ke-17 dan tim ini memulai musim berikutnya dengan memenangi Piala Super Italia pada 21 Agustus. Meski begitu, musim 2004/05 kemudian meninggalkan rasa pahit di mulut, dan terlepas dari sejumlah penampilan hebat, tim ini gagal menyamai prestasi musim sebelumnya. Sebaliknya, musim 2006/2007 merupakan salah satu kerja istimewa dalam segi perjuangan, keberanian dan sukses. Milan diberi peluang sempit menyusul hukuman yang dijatuhkan hakim olahraga di awal musim, tapi para pemain dan staf pelatih ‘menyingsingkan lengan baju mereka’ untuk membalikkan keadaan dengan cara yang mengangumkan. Para pemain dipanggil lebih awal dari liburan musim panas mereka, dengan beberapa di antara mereka baru saja memenangi Piala Dunia. Skuad ini berkumpul di Milanello, bersatu dan penuh determinasi, dan mereka lolos ke fase grup Liga Champions berkat kemenangan dalam pertarungan dua leg melawan Red Star Belgrade di babak kualifikasi. Milan juga membuat awal baik di liga, tapi harus membayar mahal atas minimnya persiapan seiring dengan waktu yang semakin menguras tenaga. Meski begitu, sejumlah latihan di udara hangat di Malta saat liburan musim dingin merevitalisasi tim. Para pemain Carlo Ancelotti dalam perfroma luar biasa memasuki fase terakhir musim itu hingga mereka mencapai target 4 Besar di liga dan Liga Champions. Dengan diamankannya posisi keempat, final di Athena mempertegas kekuatan karakter tim ini karena mereka berhasil mengatasi ketidakadilan, dengki dan ktidakberuntungan yang harus mereka jalani.
Salah satu trofi terakhir yang ditaklukkan adalah Piala Super Eropa yang dimenangi pada 31 Agustus 2007 di Montecarlo dalam final melawan Sevilla, pemegang Piala UEFA, sebuah pertandingannyang dimainkan tanpa antusiasme lantaran tewasnya pemain klub Andalusia itu, Antonio Puerta. Meski begitu, ada tugas penting satu lagi yang dijadwalkan buat Rossoneri di musim 2007/2008: perjalanan berat ke Jepang untuk memenangi Piala Dunia Klub FIFA, trofi interkontinental paling bergengsi yang bisa didambakan sebuah klub. Milan terbang dari Italia ke Yokohama siap untuk menghadapi tantangan ini dengan satu tambahan motivasi: memenangi trofi ini akan menjadikan Milan sebagai klub paling sukses di dunia dengan jumlah trofi internasional terbanyak yang pernah dikoleksi dan karenanya, mengalahkan klub Argentina Boca Juniors. Setelah memenangi semifinal lawan Urawa Red Diamonds, tim Ancelotti mulai berkonsentrasi dan penuh tekad untuk laga final lawan Boca. “Derby Dunia ” ini pun digelar: penampilan Rossoneri terbilang sempurna, spektakuler dan hasil akhir, 4-2 buat mereka, menobatkan Milan sebagai klub paling sukses di dunia. Kota Milan dan seluruh fans Milan bersama para pemain merayakan target prestisius yang tercapai berkat kekuatan dari sebuah kelompok fantastis yang mampu memberikan momen-momen yang sangat istimewa.

Dalam beberapa tahun terakhir Rossoneri, yang empat kali lolos ke semifinal kompetisi utama Eropa dalam lima tahun, telah mengukuhkan mereka sebagai pemain kunci dalam skenario nasional dan internasional, dan siap untuk meraih prestasi baru dengan dukungan antusiasme banyak fans di Italia dan luar negeri dan dengan lebih dari seratus tahun tradisi dari emosi dan kesuksesan.

Minggu, 30 Desember 2012

Agen: Alexandre Pato Pilih Corinthians

Alexandre Pato - MilanAlexandre Pato sepakat hijrah ke Corinthians, demikian klaim agennya, menyusul terus berkembangnya spekulasi meninggalkan AC Milan di bursa transfer jilid II.

Wakil presiden Adriano Galliani berada di Brasil selama jeda musim dingin Serie A Italia mencoba mencarikan klub baru untuk pemain 23 tahun, dan tampaknya usaha orang kepercayaan Silvio Berlusconi berjalan lancar jika mendengar ucapan perwakilan Si Bebek.

"Pato telah memilih Corinthians. Sejak dia memutuskan kembali ke Brasil, Corinthians adalah pilihan pertamanya," ucap Gilmar Veloz kepada Sky Sport 24.

"Saya paham Pato perlu pergi untuk mendapat pengalaman di klub lain dan dia memilih Corinthians. Dan Galliani memahami alasannya."

"Corinthians telah menerimanya dengan baik dan mereka melakukan semuanya untuk membantu Pato nyaman," Veloz menambahkan.

Mauro Tassotti Berharap AC Milan Bisa Dapat Pengganti Alexandre Pato & Robinho

Mauro Tassotti - Milan


Asisten pelatih AC Milan Mauro Tassotti menekankan, kehilangan Alexandre Pato dan Robinho akan menjadi sebuah kerugian bagi Rossoneri.
“Pato dan Robinho merupakan pemain esensial bagi Milan. Jika mereka pergi, maka itu merupakan kerugian cukup besar. Tapi saya kira manajemen klub akan masuk ke dalam bursa transfer,” ujar Tassotti dalam wawancaranya dengan Milan Channel.

“Pato sering dibekap cedera,d%n kami berharap dia mendapatkan yang terbaik, entah saat pergi nanti atau bertahan di sini. Saya yakin tidak mudah bagi dia untuk bermain bagus setelah dililit cedera.”

“Sedangkan Robinho, sekalipun jarang dimainkan, tempat dia tidak akan tergantikan saat bugar. Dia juga sering cedera. Tapi sudah pasti dia merupakan pemain yang hebat.”
 


Milan Impikan Duet El Shaarawy-Neymar



Wakil Presiden AC Milan, Adriano Galliani, memiliki impian menduetkan Stephan El Shaarawy dengan Neymar da Silva di lini depan I Rossoneri. Menurut Galliani, kedua pemain tersebut adalah yang terbaik pada usianya."Neymar dan El Shaarawy merupakan penyerang terbaik di dunia pada usianya. Sangat hebat jika bisa melihat mereka bermain bersama. Namun, jika ingin Neymar, maka kami perlu membayarnya," ucap Galliani.

Saat ini, El Shaarawy tampil sebagai bomber tajam Milan di Serie-A. Dari 15 laga yang telah dijalani, El Shaarawy mendulang 12 gol dan duduk sebagai pencetak gol terbanyak sementara Serie-A.

Neymar pun tak kalah tajam bersama Santos. Sepanjang 2012, pemain berusia 20 tahun itu sukses menjaringkan 43 gol hanya dalam 47 penampilan. Prestasi tersebut menjelaskan mengapa banyak klub Eropa berminat mendapatkan jasa Neymar.

Jika impian Galliani terwujud, Alexandre Pato kemungkinan semakin sulit mendapatkan jam terbang reguler. Mengenai hal itu, Galliani mengatakan, "Pato? Kami tidak menerima tawaran apa pun untuk dia saat ini."

Lihat El Shaarawy, Lippi Ingat Del Piero



Pelatih Guangzhou Evergrande, Marcello Lippi, melihat diri Stephan El Shaarawy seperti mantan pemainnya, Alessandro Del Piero. Pergerakan El Shaarawy menjadi tolok ukur Lippi membandingkannya dengan Del Piero.

"El Shaarawy mengingatkan saya kepada Alessandro Del Piero. Mereka berdua senang bermain dari kiri dan memotong ke dalam untuk mencari gol dengan tembakan melengkung," kata Lippi kepada Tuttosport.

"Dia tidak hanya memiliki kualitas Del Piero, tapi perkembangannya dan juga bisa menjadi lebih eksplosif dalam tiap serangan," lanjut Lippi.

Saat ini, pemain Italia berdarah Mesir itu memimpin daftar pencetak gol terbanyak dengan koleksi 14 gol, mengalahkan pemain-pemain senior, seperti Edinson Cavani, Antonio Di Natale, maupun Miroslav Klose, dan Giampaolo Pazzini.

AC Milan Rekrut Pemain Belia Wanita

AC Milan tidak pernah merekrut pemain wanita untuk bergabung ke akademi sepak bolanya. Namun untuk pemain putri berusia 10 tahun seperti Aisha Saini, juara Liga Champions tujuh kali ini memberi pengecualian.

Ya, Milan mengundang Aisha, seorang gadis kecil yang baru berusia 10 tahun, karena terpesona dengan talenta, kemampuan serta skillnya dalam bermain bola.

Semula, Aisha berlibur bersama keluarganya di La Manga, Spanyol, dan bermain bola bersama anak-anak lelaki seusianya. Aksi individu Aisha yang berasal dari Lenzi, East Dunbartonshire, tanpa sengaja terpantau para pemandu bakat Milan di sana.

Dan Aisha langsung diundang untuk bergabung ke akademi Milan dan mengikuti turnamen yang dibuat tim Serie A Italia itu. Yaitu Milan Soccer School yang menghasilkan para pemain legendaris seperti Paolo Maldini dan Franco Baresi.

“Kami sangat bangga dengan Aisha. Kami hanya mendaftarkan dia untuk bersepakbola di La Manga ini agar punya kesibukan, dan tidak bosan selama liburan,” kata ayah Aisha, Michael.

“Ternyata ada para pemandu bakat dari AC Milan yang melihat aksi individu Aisha. Saya juga baru tahu bahwa Aisha akan menjadi satu-satunya peserta perempuan di turnamen milik Milan.”

Aisha yang baru menggeluti sepak bola ketika mendaftar ke Lenzie Youth Club, mengaku terkejut dengan undangan Milan.

“Saya tidak tahu ada pelatih yang memantau saya, sampai ayah memberitahu di akhir sesi latihan. Saya sangat senang ketika mereka mengatakan telah memilih saya untuk bergabung,” kata Aisha.

Oktober depan, Aisha akan berangkat ke Milan. Pelatih akademi Milan. Daniele Paccagnan yakin bahwa Aisha bisa berkembang lebih baik di masa depan. "Aisha adalah salah satu pemain termuda di usianya, namun punya teknik dan kontrol bola yang prima,” puji Daniele
 

Michael Platini: Stadion, Masalah Utama Sepakbola Italia

Michel Platini, UEFA President, AFC House, Bukit Jalil


Presiden UEFA Michel Platini mengatakan kondisi stadion adalah hal yang menghadang perkembangan sepakbola Italia.
Seperti yang diketahui, Juventus menjadi satu-satunya klub yang memiliki stadion sendiri, sementara tim lain menyewa dari pemerintah daerah masing-masing.

"Stadion Anda adalah masalah sesungguhnya," ujar Platini kepada Sky Sport Italia.

"Mereka membutuhkan pembangunan ulang, tetapi yang paling dibutuhkan adalah dukungan politis. Stadion mungkin tidak berpengaruh di klasemen, tetap mereka akan mengget kredibilitas dalam hal Financial Fair Play. Sungguh penting untuk menyelesaikan masalah finansial klub."
 

Sabtu, 29 Desember 2012

Marcello Lippi: AC Milan Perlu Datangkan Didier Drogba

Marcello Lippi



Marcello Lippi yakin Didier Drogba akan menjadi aset besar buat AC Milan, sehingga mereka pantas mempertimbangkan transfer striker veteran tersebut.
Mantan penyerang Chelsea marak dikaitkan dengan beberapa klub dalam beberapa pekan terakhir, dengan I Rossoneri dan Juventus berada di antrean terdepan untuk mendapatkan tanda tangannya.

Lippi, yang sekarang melatih tim Liga Super Cina Guangzhou Evergrande, merasa bomber powerful akan membuktikan kapasitasnya sebagai tandem attacante muda Stephan El Shaarawy.

"Drogba masih sebagai monster, seseorang yang bisa membuat perbedaan di lapangan. Di Cina, dia mencetak delapan gol dari 11 pertandingan," ucap Lippi kepada Gazzetta dello Sport.

"Jika benar [Alexandre] Pato dan Robinho pergi, saya katakan dia akan bagus di Milan. Drogba akan menjadi tambahan tak ternilai di liga dan Liga Champions."

Lippi menambahkan, Drogba harus menerima pemotongan gaji dari yang diterimanya bersama Shanghai Shenhua sekarang jika memutuskan hijrah ke Italia.

"Dia mungkin mengharapkan sesuatu yang baru atas petualangan baru dilihat dari sisi olahraga, karena timnya sekarang hanya ada di posisi 12. Tapi, apakah Anda berpikir Drogba akan setuju memotong sepatuh gaji dan bermain di Italia? Saya ragu," tandasnya. 

Paolo Maldini Klaim AC Milan Kehilangan 'Sihirnya'

Paolo Maldini (Getty Images)



Legenda AC Milan Paolo Maldini mengungkapkan kekecewaannya terhadap mantan klubnya itu. Maldini menilai, I Rossoneri telah kehilangan daya magisnya karena tidak ada lagi pemain maupun tokoh yang "mampu mencetak sejarah".
"Saya beruntung bisa bersama Milan selama 25 tahun yang menyenangkan. Ketika saya tiba [di tim ini], saya menemukan fondasi yang hebat untuk membangun sebuah klub besar. Presiden Silvio Berlusconi datang dan mengajarkan kami untuk berpikir besar, juga, tentu saja, membantu kami lewat investasinya. Arrigo Sacchi datang dan kami memiliki mentalitas yang menjadikan Milan sebagai simbol dari gaya permainan sepakbola," paparnya seperti dilansir Football Italia.

"Itu sungguh luar biasa. Belakangan, 'sihir' itu hilang dan Milan berubah menjadi klub yang biasa-biasa saja. Hal itu dikarenakan Milan berhenti menyebarkan pesan itu . Dan mereka yang pernah mencetak sejarah [untuk klub] berhenti mengajarkan pengetahuan mereka kepada generasi berikutnya."

"Tidak ada seorangpun di kubu Milan saat ini yang mencetak sejarah, kecuali mereka yang menduduki peran marjinal."

Clarence Seedorf: Stephan El Shaarawy Belum Bisa Seperti Alexandre Pato

Alexandre Pato - Milan



Mantan gelandang AC Milan Clarence Seedorf menyarankan manajemen Rossoneri agar tidak menjual salah satu striker mereka, Alexandre Pato, pada bursa transfer mendatang.

Menurut gelandang yang kini bermain untuk Botafogo itu, peranan Pato di barisan depan Milan masih penting. Menurut Seedorf, Milan tidak bisa menggantungkan harapan kepada seorang Stephan El Shaarawy saja.

“Mereka tidak bisa hanya mengandalkan El Shaarawy, dan melepas Pato. El Shaarawy belum bisa berperan sebagai pemain menentukan, karena dia belum siap menghadapi tekanan berat,” ujar Seedorf kepada Gazzetta dello Sport.

“Pato masih memiliki kemampuan yang bisa dia perlihatkan, dan mempunyai tanggung jawab. El Shaarawy masih berusia 20 tahun, dan dia tidak bisa memecahkan semua masalah.”
 

Liverpool & Chelsea Ikut Bidik Alexandre Pato

Alexandre Pato - Milan 
Marak diberitakan hampir pasti pulang ke Brasil, attacante AC Milan, Alexandre Pato, boleh jadi malah merambah Liga Primer Inggris.
Pemuda 22 tahun itu diakui Adriano Galliani telah meminta hijrah dari San Siro untuk merumput lagi di Negeri Samba, dan sang wapres sendiri sekarang sedang menjalin negosiasi dengan Corinthians.
Kesepakatan belum dicapai, namun kedua klub berencana melanjutkan perundingan minggu depan. Kendati demikian, berita dari TalkSport mengklaim Chelsea dan Liverpool ikut menunjukkan ketertarikan pada Si Bebek dan siap mengintervensi negosiasi.
Milan sendiri diketahui mematok harga €15 juta. Angka itu dianggap terlalu tinggi oleh Corinthians mengingat riwayat cedera berkepanjangan yang dipunyainya dan ia jarang sekali merumput tahun ini, namun buat The Blues dan The Reds, nominal itu tampaknya tak sulit dipenuhi.
 

Bojan Krkic Ingin Lama Di AC Milan


Bojan Krkic - Milan

Striker AC Milan Bojan Krkic mengakui dirinya ingin lama berada di Rossoneri dan ingin mengikuti jejak Kaka yang menorehkan sejarah di San Siro.
Seperti yang diketahui, saat ini Bojan memperkuat Milan dengan status pemain pinjaman dari Barcelona.

"Keinginan saya adalah bertahan di Milan selama bertahun-tahun," ungkap Bojan.

"Saya memilih nomor 22 karena saya mendarat di Milan pada hari ke-22 dari ulang tahun saya dna kemudian karena Kaka telah membuat sejarah dengan nomor jersey ini."

Bojan Krkic Senang Bisa Hadapi Barcelona


Bojan Krkic - Milan

Hasil drawing babak 16 besar Liga Champions yang mempertemukan Barcelona dan Milan disambut baik oleh Bojan Krkic.
Mantan pemain akademi sepakbola Barcelona, La Masia, yang kini membela Milan itu menyatakan laga nanti memiliki arti spesial baginya.

"Laga nanti akan menjadi sangat spesial bagi saya. Tuhan mewujudkan harapan saya untuk bisa menghadapi Barcelona," kata Bojan, Senin (24/12).

Ditambahkannya, Bojan tidak akan melakukan selebrasi gol jika memang bisa mencetak gol ke gawang Barcelona saat kedua tim bertemu.

"Tak mungkin saya merayakan gol itu jika memang saya bisa melakukannya," tandasnya.

Ayah: Bojan Krkic Mungkin Kembali Ke Barcelona


Primera Division: FC Villarreal - FC Barcelona, Bojan Krkic (Getty Images)

Ayah Bojan Krkic mengemukakan penyerang muda yang kini berbaju AC Milan itu mungkin akan kembali ke Barcelona pada musim panas.

Pemain Spanyol berdarah Serbia itu dijual Barca ke AS Roma seharga €12 juta tahun lalu sebelum dipinjamkan ke Rossoneri awal musim ini, tetapi The Catalans tetap memegang opsi untuk membelinya kembali di akhir kompetisi.
“Dia berada di dalam situasi yang istimewa karena dia terikat dengan dua klub terbesar di dunia. Anda tak bisa mencoret kemungkinannya kembali ke Barcelona,” tutur sang ayah kepada CONE.
Bojan kurang mendapatkan kans bermain di bawah asuhan Pep Guardiola. Dengan posisi entrenador di Camp Nou sudah berpindah tangan ke Tito Vilanova, sang ayah percaya kesempatan Bojan akan lebih besar andai ia pulang.
“Permasalahan Guardiola ada di masa lampau dan sesungguhnya dengan Tito kami selalu memiliki hubungan baik dan apresiasi mutual. Kami tak membicarakan tentang Guardiola lagi.”
Il Diavoli dipastikan bakal bersua Blaugrana di putaran 16 besar Liga Champions, duel yang menurut ayah Bojan tak disukai pemain 22 tahun itu.
“Dia lebih suka bertemu dengan klub lain, atau setidaknya menghadapi Barcelona di babak-babak berikut, karena tim mana pun yang menghadapi mereka menjadi inferior,” pungkasnya.

Fakta Alessandro Nesta

Malam Jumat, asyik twitteran, kebaca salah satu tweet dari @acmilan "10 years with us, we’ll never forget you, thank you Sandro! Say goodbye to Nesta using #GrazieNesta!" Eh, pemain favorit saya ini mau pensiun ya? Sampe saya bikin email alenaldy1_nesta3@yahoo.co.id yang masih terpakai sampai sekarang, buat register-register di banyak situs. Gak berapa lama, tweet dari detikcom muncul "Nesta tunggalkan Milan" . Eh, Nesta menolak perpanjangan kontrak di Milan, dan masih belum memutuskan, apa mau pensiun atau berkarir di Amerika Serikat. Yah, apapun itu, the best aja buat Bang Nesta. Nah, untuk mengenang jasa salah satu pemain yang berkontribusi besar terhadap prestasi Milan 10 tahun terakhir, kita lihat-lihat dulu beberapa fakta kehidupan Nesta, ada yang asyik, ada juga yang lucunya... Bekicot_____
Lahir 19 Maret 1976

Dulu sekolah SD di Margherita Bosco

Abangnya Nesta, Fernando, punya masalah dengan punggungnya, jadi dianjurkan sering berolahraga. Ayahnya lalu memasukkan kakaknya ke akademi sepakbola, Nesta mengamuk ingin ikut juga, dan akhirnya dituruti sang ayah.

Bakat Nesta sebagai pemain bola pertama kali ditemukan oleh Francesco Roca, pencari bakat dari AS Roma. Karena seorang fans Lazio, ayah Nesta menolak tawaran dari Roma itu

Nesta promosi ke tim utama Lazio tahun 1993, dan langsung menarik perhatian fans Lazio setelah mematahkan kaki Paul Gascoigne saat latihan
Gol pertama dan satu-satunya yang dicetak Nesta saat berkostum Lazio pada partai resmi adalah saat melawan Milan di final Coppa Italia 1998 yang menjadi gol kemenangan Lazio
Nesta diboyong ke Milan tahun 2002 seharga 30 juta Euro setelah Lazio didera krisis keuangan parah 
Nesta pertama kali mencetak gol untuk Milan saat melawan Siena, 15 September 2007, skor akhir 1-1
Bersama Thiago Silva, musim 2010/2011, Nesta menjadikan Milan hanya kebobolan 24 kali dari 38 laga Serie A, dan Milan pun meraih Scudetto
 
Piala Dunia 1998, bermain penuh di fase grup, tapi kemudian cidera dibabak selanjutnya, Italia tersingkir
Euro 2000, bermain penuh sepanjang turnamen, Italia menjadi runner-up
Piala Dunia 2002, Italia lolos ke perempat final, Nesta absen karena cedera, Italia tersingkir
Euro 2004, meski bermain penuh, Italia tersingkir tragis dari kualifikasi grup
Piala Dunia 2006, Lagi-lagi cedera di fase terakhir grup melawan Ceko, syukurlah Italia juara

7 Mei 2007, Nesta menikahi Gabriela Pagnozzi, yang pernah bekerja di Casa Italia, pusat pelatihan Italia pada piala Dunia 1998. Hubungan mereka mulai dekat ketika Gabriela sering merawat Nesta yang cedera setelah pertandingan melawan Austria
Pencapaian Klub dan Timnas
Scudetto: 3-Lazio (2000), Milan (2004, 2011)
Coppa Italia: 3-Lazio (1998, 2000), Milan (2003)
Supercopa Italia: 4-Lazio (1998, 2000), Milan (2004, 2011)
Liga Champions: 2-Milan (2003, 2007)
UEFA Cup: 1-Lazio (1999)
UEFA Super Cup: 3-Lazio (1999), Milan (2003, 2007)
FIFA Club World Cup: 1-Milan (2007)
FIFA World Cup: Italia-2006

Individu
Pemain Muda Terbaik SerieA 1998
Defender Terbaik SerieA 2000, 2001, 2002, 2003
Defender Terbaik Eropa 2003
Tim Terbaik Eropa 2002, 2003, 2004, 2007
FIFPro World XI tahun 2005 dan 2007
Masuk dalam daftar 100 pemain terbaik versi FIFA
GRAZIE NESTA!

Pramusim, Transfer & Jadwal AC Milan 2012/13 [UPDATE]

Jadwal Serie A AC Milan :


  • Pekan 1 & 20 = Sampdoria Hasil : 0-1 (Costa)
  • Pekan 2 & 21 = Bologna Hasil : 3-1 (Pazzini 3x - Diamanti)
  • Pekan 3 & 22 = Atalanta Hasil : 0-1 (Cigarini)
  • Pekan 4 & 23 = Udinese Hasil : 1-2 (El Shaarawy - Ranegie, Di Natale)
  • Pekan 5 & 24 = Cagliari Hasil : 2-0 (El Shaarawy 2x)
  • Pekan 6 & 25 = Parma Hasil : 1-1 (El Shaarawy - Galoppa)
  • Pekan 7 & 26 = Inter Hasil : 0-1 (Samuel)
  • Pekan 8 & 27 = Lazio Hasil : 2-3 (de Jong, El Shaarawy - Hernanes, Candreva, Klose)
  • Pekan 9 & 28 = Genoa Hasil : 1-0 (El Shaarawy)
  • Pekan 10 & 29 = Palermo Hasil : 2-2 (Miccoli, Brineza - Montolivo, El Shaarawy)
  • Pekan 11 & 30 = Chievo Hasil 5-1 (Emanuelson, Montolivo, Bojan, El Shaarawy, Pazzini - Pellisier)
  • Pekan 12 & 31 = Fiorentina Hasil : 1-3 (Pazzini - Aquilani, Borja Valero, El Hamdaoui)
  • Pekan 13 & 32 = Napoli Hasil : 2-2 (El Shaarawy 2x - Inler, Insigne)
  • Pekan 14 & 33 = Juventus Hasil : 1-0 (Robinho)
  • Pekan 15 & 34 = Catania Hasil : 3-1 (El Shaarawy 2x, Boateng - Legrottaglie)
  • Pekan 16 & 35 = Torino Hasil : 4-2 (Robinho, Nocerino, Pazzini, El Shaarawy - Santana, Bianchi)
  • Pekan 17 & 36 = Pescara Hasil : 4-1 (Nocerino, Abbruscato (bd), Jonathas (bd), El Shaarawy - Terlizzi)
  • Pekan 18 & 37 = Roma
  • Pekan 19 & 38 = Siena
Topskor Serie A AC Milan :
  • 14 gol
    • Stephan El Shaarawy
  • 6 gol
    • Giampaolo Pazzini
  • 2 gol

Paolo Maldini : 10 Momen Karier Terbaik



Paolo Maldini menorehkan banyak prestasi, baik di level klub maupun tim nasional. Dari semua yang sudah dicatatnya, kami rangkumkan sepuluh momen terbaik dalam karirnya.

10. Debut

20 Januari 1985 - Udinese vs Milan (1-1) "Kamu ingin bermain di mana, kiri atau kanan?" tanya Nils Liedholm, pelatih AC Milan saat itu di jeda pertandingan. "Anda yang putuskan," jawab Paolo yang saat itu masih berusia 16 tahun. Pelatih Swedia itu kemudian memposisikannya di kanan mengisi tempat Sergio Battistini dan lahirlah seorang legenda.

9. Pertama Untuk Italia
14 Juni 1988 - Italia vs Spanyol (1-0) Paolo Maldini semakin menancapkan cakarnya di sepakbola dunia dengan menjadi salah satu pemain yang paling dikenal mulai tahun itu. Saat itu dia berusia 19 tahun  dan sekaligus mengantar Italia menang atas Spanyol 1-0 berkat gol tunggal Gianluca Vialli.
8. Scudetto Pertama
15 Mei 1988 - Como vs Milan (1-1) AC Milan meraih gelar scudetto pertama mereka sejak musim 1978/79. Sukses di tahun ini juga menjadi awal bagi Maldini mengoleksi gelar dan medali juara.

7. Hancurkan Barcelona
18 Mei 1994 - Milan vs Barcelona (4-0) Setelah kalah di tahun sebelumnya, Milan berhasil tampil di final Piala Champions berturut-turut. Barcelona yang menjadi lawan mereka dibuat tak berdaya di partai itu, terutama di barisan depan karena keberadaan Maldini di posisi bek. Setelah meluluhlantakkan Barca 4-0, Milan pun mengangkat tropi juara.

6. Penakluk Duo Brasil
17 Juli 1994 - Brasil vs Italia (3-2)
Paolo Maldini nyaris saja memenangi tropi Piala Dunia pertamanya di tahun itu. Sayang Italia kalah lewat drama adu penalti. Namun yang membuatnya spesial adalah kemampuan Maldini menghentikan duo terbaik Brasil, Bebeto dan Romario di waktu normal.

5. Kuartet Tangguh Italia

12 Februari 1997 - Inggris vs Italia (0-1)
Di tahun ini terbentuk lini belakang Italia paling tangguh di eranya, yang kemudian dikenal sebagai pertahanan gerendel. Paolo Maldini menjadi pengendali lini belakang dibantu Ciro Ferrara, Alessandro Costacurta dan Fabio Cannavaro. Sampai saat ini, ketangguhan empat pemain Italia itu belum ada yang bisa mengalahkan.

4. Hanya Tiga Bek? Tak Masalah

29 Juni 2000 - Belanda vs Italia (3-1) Di momen ini Paolo Maldini kembali membuktikan ketangguhannya memimpin lini belakang Italia. Di semifinal Piala Eropa 2000 melawan Belanda yang kental dengan total football-nya, Maldini bisa menahan gempuran lawan meski hanya ditemani dua koleganya, Cannavaro dan Nesta, setelah di menit 35 Gianluca Zambrotta diusir keluar. Hebatnya, Maldini cs lolos ujian itu dan akhirnya menang dan lolos ke final lewat drama adu penalti.

3. Catat Rekor

7 Oktober 2000 - Italia vs Rumania (3-0)
Laga kualifikasi Piala Dunia 2002 itu menjadi partai spesial bagi Paolo Maldini karena dia mencatat caps terbanyak dengan 113 laga untuk Italia. Kemenangan 3-0 menjadi hadiah lain yang diterima Maldini setelah sebelum laga juga mendapat penghargaan berupa tropi spesial yang diberikan langsung oleh Giovanni Trapattoni, Cesare Maldini, Arrigo Sacchi dan Dino Zoff.

2. Dua Gol Kemenangan

2 Oktober 2005 - Milan vs Reggina (2-1) Ketika lini depan tidak produktif, Paolo Maldini membuktikan dirinya juga bisa diandalkan untuk membawa timnya menang. Dia mencetak dua gol lewat kaki dan kepalanya dan membawa Milan meraih tiga poin atas Reggina berkat kemenangan 2-1.

1. Liga Champions Terakhir

23 Mei 2007 - Milan vs Liverpool (2-1)
Maldini mengangkat tropi juara untuk kali kedua sebagai kapten AC Milan di usia 38 tahun setelah menundukkan Liverpool 2-1 di Athena.
Forza Paolo Maldini !
Forza AC.Milan 1899 Cuore Sempre !

Jumat, 28 Desember 2012

FOKUS: Lima Pemain Yang Perlu Dibeli AC Milan Pada Bursa Transfer Januari 2013

 Ac Milan players celebrate against Anderlecht
Bursa transfer musim panas kemarin bak mimpi buruk buat AC Milan. Bagaimana tidak, I Rossoneri harus mengucap selamat tinggal kepada pemain senior semacam Alessandro Nesta, Clarence Seedorf, Gennaro Gattuso dan Filippo Inzaghi. 
Situasi tambah buruk setelah para bintang yang mempersembahkan Scudetto di musim 2010/11: Mark van Bommel, Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva dilego. Belum lagi attacante temperamental Antonio Cassano yang memutuskan membelot ke tim sekota, FC Internazionale.

Hasilnya, Massimiliano Allegri kerepotan meracik tim dengan pemain seadanya. Hanya mengepak tiga kemenangan dari sepuluh laga awal menjadi bukti I Rossoneri belum bisa "move on" dari para mantan pemainnya. Posisi Allegri pun kian panas, sejumlah nama masuk kandidat suksesor--termasuk Inzaghi--namun Milan bersikeras mempertahankan mantan allenatore Cagliari.

Riccardo Montolivo: AC Milan Bisa Libas Barcelona




 Riccardo Montolivo
Gelandang AC Milan Riccardo Montolivo merasa yakin skuat Rossoneri memiliki modal cukup menyingkirkan Barcelona di Liga Champions.
Tim elit Italia tersebut akan berhadapan dengan raksasa La Liga Spanyol di babak 16 besar dan Montolivo mengatakan membekap Barca bukan pekerjaan mustahil.

"Di atas kertas kami memang tidak masuk hitungan, tetapi ini bisa dijadikan motivasi," ujarnya di ANSA.

"Kami tahu bisa lolos ke putaran berikutnya dan dalam beberapa bulan ke depan kekuatan Milan bisa berkembang lebih baik lagi."

Konsentrasi Milan untuk sementara tercurah ke kompetisi domestik dan performa mereka terus menanjak hingga bisa menyegel peringkat ketujuh klasemen sementara dengan 27 poin.

"Kami bisa mendekat ke tiga besar," tandasnya.

Stephan El Shaarawy Berharap Terus Dipertahankan AC Milan

Menggemari AC Milan semenjak kecil, Stephan El Shaarawy pun mengikrarkan keinginan untuk terus merumput dalam balutan seragam Merah-Hitam.

Digaet dari Genoa tahun lalu, talenta istimewa pemain berjulukan Si Firaun Kecil itu baru benar-benar terlihat musim ini setelah ia menjadi pilihan utama sepeninggal Zlatan Ibrahimovic ke Paris Saint-Germain.
Mengemas 14 gol dari 18 penampilan Serie A, El Shaarawy kini tercatat sebagai topscorer sementara kompetisi sehingga tak heran klub-klub tenar Eropa mulai meliriknya. Namun si pemain sendiri menegaskan tak berencana hengkang dari San Siro dan ia pun berharap pihak klub bakal sekuat tenaga mempertahankannya sekalipun ada tawaran yang sulit ditolak.
“Saya telah mendukung Milan sejak saya masih anak-anak,” cetus El Shaarawy kepada La Stampa.
“Meski begitu, tak ada hal yang pasti dalam sepakbola. Bila datang sebuah tawaran besar untuk saya, saya berharap Milan akan memiliki kekuatan untuk mempertahankan saya,” imbuh pemuda 20 tahun itu.

Riccardo Montolivo: Saya Bisa Mainkan Peran Andrea Pirlo

Riccardo Montolivo
Riccardo Montolivo merasa dirinya memiliki kapasitas memadai untuk menjalankan peran yang serupa Andrea Pirlo, yakni sebagai deep-lying playmaker.
Selepas kepergian sang metronom ke Juventus musim lalu, AC Milan jadi jarang bermain dengan seorang pengatur serangan dari posisi yang lebih dalam.
Kini, mereka dapat mencobanya lagi dengan Montolivo, namun tentu saja semua tergantung keputusan Massimiliano Allegri selaku allenatore.
“Saya pikir saya bisa bermain di depan pertahanan,” ungkap Montolivo, yang merapat ke San Siro dengan bebas transfer dari Fiorentina musim panas kemarin, kepada Milan Channel.
“Dengan melatihnya selama beberapa waktu saya pikir saya mampu melakoni peran tersebut, tapi sekarang ini saya biasa dipergunakan sebagai gelandang sentral yang agak ke depan.”
“Saya tersedia untuk sang pelatih, jadi tergantung kepadanya untuk memutuskan di mana memainkan saya,” pungkas Montolivo.
 

Kevin-Prince Boateng: Stephan El Shaarawy Jelmaan Zlatan Ibrahimovic

Kevin-Prince Boateng memuji rekan setimnya Stephan El Sharaawy. Boateng memuji kontribusi penyerang berusia 20 tahun bagi Rossoneri dengan torehan 16 gol di musim ini.
“Kami hampir memiliki ‘Ibrahimovic baru’. Jika El Shaarawy terus konsisten, dia tentu akan menjelma sepertinya,” ungkap gelandang Milan itu kepada Die Welt.
“Dengan striker seperti Ibrahimovic, para pemain seperti saya dan Nocerino mendapatkan banyak ruang sehingga kami memiliki kesempatan untuk mencetak gol.”
“Namun sekarang, hal tersebut menjadi lebih sulit. Tetapi kami harus meningkatkan performa kami dan bekerja lebih banyak,” tutup Boateng.
Boateng juga mengungkapkan, Rossoneri masih berpeluang menang menghadapi Barcelona di 16 besar Liga Champions. “Daud bisa mengalahkan Goliath. Apapun bisa terjadi,” tuturnya.

Tak Dipecat, Massimiliano Allegri Sebut AC Milan Ambil Keputusan Tepat

Pelatih AC Milan Massimiliano Allegri menilai manajemen AC Milan sudah mengambil keputusan tepat denagn tidak memecat dirinya, kendati Rossoneri mendapatkan hasil kurang bagus di paruh pertama Serie A Italia 2012/13.
Milan mengakhiri tahun 2012 dengan menempati peringkat ketujuh klasemen sementara, usai mendulang 27 poin, atau terpaut 17 angka dari Juventus yang berada di puncak. Situasi ini membuat Allegri terancam pemecatan. Namun manajemen klub tetap mempertahankan Allegri sebagai pelatih.

“Saya meyakini klub telah mengambil keputusan tepat. Kenyataannya, mereka luar biasa,” ujar Allegri kepada Sky Sport Italia.

“Di masa sulit seperti ini, mereka bisa saja dengan mudah mengganti pelatih, karena kami tidak memenangi sejumlah laga. Dengan hasil tidak berpihak kepada kami, biasanya pelatih harus menanggungnya.”

Adriano Galliani: Peminat Robinho Masih Banyak

Keberadaan wakil presiden AC Milan Adriano Galliani ke Brasil diyakini media untuk bernegosiasi dengan klub-klub yang meminati duo striker Robinho dan Alexandre Pato.
Jika kubu Corinthians baru-baru ini mengisyaratkan ingin merampungkan transfer pada Januari, nasib kompatriotnya justru mengambang. Flamengo dikabarkan mundur dari perebutan tanda tangan eks Real Madrid dan Manchester City setelah mendengar kabar tawaran besar yang diajukan Paris Saint-Germain dimentahkan I Rossoneri.

Meski demikian, Galliani yang ditemui wartawan Brasil di dekat pantai Brasil mengklaim masih banyak klub peminat pemain kelahiran 28 tahun silam, termasuk Santos.

"Itu mungkin mereka," kata Galliani singkat.

"Kalian juga tak bisa mencoret Atletico MG. Salam! Terima kasih," sambung tangan kanan Silvio Berlusconi sambil bergegas meninggalkan wartawan. 

Kamis, 20 Desember 2012

Nyanyian Natal Punggawa Milan


Carles Puyol Senang Barcelona Jumpa AC Milan

Carles Puyol, Tito Vilanova - FC Barcelona
Bek Barcelona Carles Puyol mengaku senang setelah timnya dipastikan bertemu AC Milan pada laga 16 besar Liga Champions. 

"Secara personal saya sangat senang, bukan karena mereka tim yang mudah dihadapi. Saya gembira karena Milan adalah tim yang selalu saya suka dan saya suka bermain di sana," ujarnya.

"Mereka memiliki sebuah stadion yang luar biasa dan saya yakin kedua leg nanti akan menjadi partai yang fantastis," katanya.

"[Musim lalu], kami memainkan Liga Champions dan La Liga di pekan yang sama. Kali ini, kami telah mengawali musim dengan baik dan kami harap langkah tersebut berlanjut hingga 2013 nanti," ujar kapten Barcelona itu. 

AC Milan Optimistis Kalahkan Barcelona Di 16 Besar Liga Champions

Champions League draw
Champions League draw
Direktur Olahraga Milan Umberto Gandini langsung berkomentar setelah timnya dipastikan bertemu Barcelona di babak 16 besar Liga Champions. Menurut Gandini, undian timnya sangat berat karena Barcelona dianggap sebagai tim terkuat saat ini.  
"Musim lalu kami dua kali bertemu Barcelona di perempatfinal dan kami kalah. Kita harap hasil tahun ini berbeda," ujar Gandini seperti dikutip laman resmi UEFA.

Dia mengakui, bahwa Milan tampil buruk saat melakoni laga putaran Grup. Bahkan Milan tidak mampu berbuat banyak saat melawan tim papan tengah Spanyol, Malaga.

"Tapi kami terus menanjak. Masih banyak waktu bagi kami untuk terus mempertbaiki diri sebelum melawan mereka pada Februari mendatang," kata Gandini.
 

Hasil Drawing 16 Besar Liga Champions

Hasil pengundian babak perdelapan final Liga Champions sudah dilakukan. Hasilnya, di antaranya AC Milan bertemu lagi dengan Barcelona, sementara Real Madrid akan bertemu raksasa Inggris, Manchester United.

Leg pertama babak 16 besar akan dimainkan pada 12,13,19, atau 20 Februari. Sedangkan leg kedua akan diadakan pada 5,6,19, atau 20 Maret.



LIGA CHAMPIONS
HASIL DRAWING 16 BESAR
GALATASARAY VS SCHALKE
 
CELTIC VS JUVENTUS 
 
REAL MADRID VS MANCHESTER UNITED 
 
AC MILAN VS BARCELONA 
 
PORTO VS MALAGA
 
VALENCIA VS PARIS SAINT-GERMAIN 
 
SHAKHTAR DONETSK VS BORUSSIA DORTMUND 
 
ARSENAL VS BAYERN MUNICH
 


Ikuti perkembangan terkini Liga Champions di GOAL.com Indonesia. Dapatkan semua berita Liga Champions, lengkap dengan jadwal, hasil, dan klasemen Liga Champions

PREVIEW: Undian 16 Besar Liga Champions 2012/13

Champions League Draw 
Undian babak 16 besar Liga Champions akan digelar di Nyon dapat dapat disaksikan secara langsung melalui streaming di UEFA.com pada 20 Desember 2012 pukul 17:30 WIB. Jalannya drawing juga dapat diikuti melalui web, Twitter dan Facebook GOAL.com Indonesia.

Juara bertahan Chelsea memang telah gagal melangkah ke 16 besar tetapi masih ada sembilan klub mantan juara yang berpeluang kembali merasakan manisnya trofi Liga Champions. Selain itu, ada juga klub debutan Malaga, di samping 15 tim lain yang sudah pernah merasakan kerasnya babak 16 besar. Khusus untuk Real Madrid, mereka telah lolos ke babak ini selama 16 tahun berturut-turut.

Sembilan negara berbeda telah bersaing di babak grup dan hanya lima klub yang berada di babak ini di musim lalu: Bayern Munich, Barcelona, Arsenal, AC Milan dan Real Madrid. Hanya dua tim yang tidak mengawali dari babak grup, yaitu Malaga melalui play-off dan Celtic mengawali di babak ketiga kualifikasi.

Dua pot telah dibentuk: satu berisi juara grup dan yang lain berisi runner-up.

Pemenang Grup: Paris Saint-Germain (Prancis), FC Schalke 04 (Jerman), Málaga CF (Spanyol), Borussia Dortmund (Jerman), Juventus (Italia), FC Bayern München (Jerman), FC Barcelona (Spanyol), Manchester United FC (Inggris)

e